Lister – Yap, selamat datang pada artikel Test Preparation, para pembelajar Bahasa Inggris! Kali ini kita akan membahas tema ‘GRE Preparation’ yang mungkin hanya sekedar berguna untuk menambah wawasan saja, yaitu: Sedikit mengenal Tentang GRE.
Jika pada beberapa artikel tes preparation sebelumnya kita telah membahas mengenai tes-tes kompetensi yang mengukur tentang kecakapan berbahasa, kali ini kita akan sedikit melenceng untuk membicarakan mengenai tes yang bukan dimaksudkan untuk mengukur kebahasaan – hanya sekedar menambah wawasan mengenai varian-varian tes dan standar yang lain. Karena itulah pada artikel kali ini akan dimuat mengenai materi yang dianggap cukup ringan untuk dibahas, yaitu mengenal tentang GRE.
Apa itu GRE?
Mungkin masih banyak diantara kita yang masih kebingunan mengenai jenis tes yang satu ini.
Pasalnya, tes ini memang sangat jarang digunakan didalam negeri dan hanya akan bersangkutan apabila seseorang berencana untuk melakukan studi di perguruan tinggi atau universitas luar negeri. Lantas apakah signifikansi dari GRE sendiri?
Apa sajakah keunggulan, fungsi, dan tujuannya? Apa perbedaannya dengan tes-tes lain yang sudah dibahas pada artikel test preparation sebelumnya? Dan pertanyaan-pertanyaan itu akan dijawab pada pembahasan mengenai GRE kali ini.
GRE merupakan singkatan dari Graduate Record Examinations, merupakan salah satu jenis tes terstandar besutan ETS atau Educational Testing Service – sebuah lembaga swasta nirlaba yang berfokus pada pengembangan pengujian dan penilaian akademis, terbesar di dunia.
Sebelum akhirnya diakusisi oleh ETS, GRE merupakan sebuah proyek bentukan sebuah pusat pengembangan kebijakan pendidikan dan penelitian yang berbasis di Amerika, bernama Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching (CFAT).
Meski sudah dikembangkan semenjak tahun tahun 1936, GRE sendiri baru pertama kali dimandatkan sebagai syarat masuk program-program perguruan tinggi pada tahun 1938. Beberapa universitas yang pertama kali mencanangkannya seperti Harvard, Yale, Princeton, dan Columbia University.
Seperti yang sudah sedikit dibahas diatas, GRE sendiri biasa digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat akademis, dimana kompetensi dari GRE itu sendiri bisa difungsikan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan institusional sistem-sistem pendidikan di beberapa negara maju semacam Amerika dan Kanada.
Pada umumnya, seperti yang digambarkan dari namanya sendiri, GRE dipergunakan untuk memasuki jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti pascasarjana (graduate school) baik jenjang magister (master) ataupun doktoral (doctor).
Institusi yang menaungi pelaksanaan GRE sebagai perwakilan ETS sendiri sudah tersebar di 160 negara di seluruh belahan dunia dengan jumlah total hingga menyentuh angka 1000 pusat pengujian.
Hingga saat ini, ETS sendiri hanya melayani GRE dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Karena itu, sudah barang tentu untuk mencoba GRE, kebutuhan akan kemampuan Bahasa Inggris yang dimiliki sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Dalam setiap periodenya, lebih dari 550.000 kandidat mengikuti tes ini.

Karakteristik GRE
Lantas pertanyaan yang sekiranya belum terjawab adalah perbedaan tes ini dengan tes-tes lain yang telah dibahas pada artikel-artikel test preparation sebelumnya.
Dan jawabannya, akan sangat mudah ditebak. Ya, seperti yang sudah sedikit disinggung pada paragraf-paragraf diatas, GRE biasa digunakan sebagai syarat masuk perguruan tinggi, namun, bukan sebagai penentu standar kompetensi kebahasaan, melainkan kecakapan-kecakapan akademis yang diperlukan untuk mengikuti proses pembelajaran atau perkuliahan pada jenjang yang dituju nantinya.
Karena itulah hal-hal yang perlu diujikan (mata uji) GRE sendiri tidak akan ada kaitannya dengan Bahasa Inggris melainkan lebih ditekankan pada hal-hal seperti: penulisan analisis (analytical writing), penalaran verbal (verbal reasoning) dan penalaran kuantitatif (quantitative reasoning) – mata uji ini termaktub pada program GRE General Test.
Hal ini didasarkan pada penelitian yang mana telah membuktikan bahwa ketiga kemampuan ini dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran seseorang.
Di dalamnya terkandung beberapa elemen-elemen yang dirasa dapat mengukur aspek-aspek diatas, diantaranya seperti: beberapa aljabar spesifik (algebra), geometri (geometry), aritmatika (arithmetic), dan kosakata (vocabulary).
Secara keseluruhan, tes yang ada memerlukan waktu sekitar 225 menit dimana terdapat waktu istirahat di akhir masing-masing sesi dan reses selama 10 menit pada akhir sesi ketiga.
Selain itu, GRE sendiri memiliki program yang khusus dimaksudkan untuk bidang-bidang khusus (subjects) yang bernama GRE Subject Test. Terdapat beberapa bidang khusus yang dapat dipilih pada program ini, diantaranya: Biologi (Biology), Kimia (Chemistry), Sastra Inggris (Literature in English), Matematika (Mathematics), Fisika (Physics), dan Psikologi (Psychology).
Varian dari bidang-bidang ini-pun sudah beberapa kali mengalami revisi. Selain yang sudah disebutkan diatas, beberapa bidang lain yang juga pernah masuk kedalam program ini diantaranya: Ilmu Komputer (Computer Science), Ekonomi (Economics), Revisi Pendidikan (Revised Education), Tehnik Mesin (Engineering), Geologi (Geology), Sejarah (History), Musik (Music), Ilmu Politik (Political Science), Sosiologi (Sociology), Biokimia (Biochemistry), serta Sel dan Biologi Molekul (Cell and Molecular Biology).
Total dari masing-masing ujian yang ada memerlukan waktu kurang lebih selama 170 menit.
Dilihat dari medianya, GRE sendiri biasa di lakukan menggunakan komputer dimana ETS sebagai pemegang izinnya bekerja sama dengan sebuah institusi dan pusat pengujian yang diberi mandat untuk mengatur teknis pelaksanaannya: bernama Prometric.
Dalam hal penerimaan dan proses pengolahannya, persyaratan minimum hasil GRE akan dapat bervariasi sesuai dengan tuntutan yang diberikan oleh masing-masing jurusan maupun universitas. Beberapa diantaranya hanya akan seperti bersifat formalitas dan beberapa diantaranya merupakan sebuah aspek penerimaan yang signifikan.
Mengenai Bahasa Inggris Setingkat GRE
Sebenarnya pembahasan mengenai topik ini terbilang absurd dikarenakan GRE sendiri tidaklah menguji kemampuan dan kompetensi kebahasaan. Satu-satunya unsur yang berhubungan dengan pengujian Bahasa Inggris pada tes ini adalah Sastra Inggris, yang mana esensi yang dimilikinya akan sangat jauh dengan mempelajari kemampuan Bahasa Inggris.
Kemampuan Bahasa Inggris yang biasa diujikan pada IELTS, TOEFL dan TOEIC sendiri berguna untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa yang paling rendah: bahasa sebagai alat berkomunikasi baik lisan maupun tulis – mencakup bagaimana seseorang memproduksi dan menerima suatu aspek-aspek kebahasaan.
Hal ini ditunjukkan dengan jenis-jenis mata uji yang diberikan, dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berbahasa.
Sedangkan tingkat kebahasaan, dalam kasus ini Bahasa Inggris, yang berhubungan dengan GRE mengusung kemampuan berbahasa 1-2 tingkat diatas pembahasan diatas.
Tingkat Bahasa Inggris paling minim pada GRE digunakan sebagai sebuah bahasa pengantar suatu bidang keilmuan yang mana dalam kasus ini tidak lagi dipertanyakan mengenai hal-hal mendasar seperti ‘kemampuan penguasaan tatabahasa (grammar)’ atau ‘kemampuan seseorang dalam menulis (writing) sesuatu.
Bahasa Inggris setingkat ini sudah berhubungan dengan ranah keilmuan yang yang lebih spesifik, sesuai bidang yang dituju. Karena baik kosakata, frasa, maupun istilah-istilah lainnya sudah akan sangat berbeda dengan Bahasa Inggris pada umumnya.
Terlebih lagi, jika bahasan terfokus pada ranah Sastra Inggris, keberadaan pembahasannya bukan lagi “terbatas” pada jenis Bahasa Inggris yang digunakan secara universal dewasa ini, melainkan juga termasuk pada jenis-jenis Bahasa Inggris tua dan kuno (old and ancient English).
Tentu saja tingkat-tingkat penguasaan Bahasa Inggris seperti ini tidak lagi hanya cukup dan selesai dengan anjuran-anjuran klise seperti “banyak membaca” ataupun “perbanyak melatih kemampuan berbahasa” semata.
Perlu sebuah pendalaman dan penguasaan kompetensi yang menahun agar bisa tiba dititik itu, dikarenakan GRE sendiri yang memang dirancang untuk para penutur asli (native speaker).
Dan itulah sedikit pembahasan mengenai GRE untuk menambah wawasan mengenai tes-tes kompetensi yang lain.
Di Indonesia sendiri, universitas-universitas yang ada belum menerapkan GRE sebagai syarat untuk mendaftar pada program-program pascasarjana mereka.
Universitas dan perguruan tinggi yang ada masih menggunakan sistem pengujian secara mandiri, sesuai dengan standar yang dimiliki oleh masing-masing.
Namun bukan tidak mungkin, jika kedepannya universitas-universitas unggulan di Indonesia mulai menerapkan standar GRE ini. Maka, tidak ada salahnya mempersiapkan sejak dini bukan?