Kursus Bahasa Jerman – Filsafat adalah upaya untuk menemukan kebenaran, yang mengalami masa-masa perkembangan, kemunduran dan kebangkitan kembali serta kemajuan. Dengan studi filsafat masa-masa ini kemudian disebut dengan perioditas filsafat. Mereka yang ahli dalam studi filsafat disebut dengan filsuf. Beberapa filsuf yang pandangannya mengubah dunia berasal dari Jerman.
Filsafat Barat
Apa itu filsafat? Haruskah mempelajarinya?
Masa Renaissance (1350-1600) adalah masa transisi historika filsafat Barat, antara Abad Pertengahan dengan Abad Modern. Istilah ini biasanya digunakan sejarawan untuk menunjukkan suatu periode kebangkitan kembali intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa sepanjang abad ke-15 dan 16.
Renaissance mendorong untuk berprestasi. Humanisme yang tumbuh pada masa itu melahirkan individualisme dan naturalisme yang menjadi bagian penting dalam perkembangan filsafat abad berikutnya.
Lalu bagaimana dengan perkembangan filsafat di Jerman?
Immanuel Kant
Berbeda dengan pemikiran-pemikiran para tokoh pencerahan di Inggris dan Perancis, pemikiran pencerahan di Jerman tidaklah begitu menampakan sikap konfrontatif terhadap agama Kristen. Memang di Jerman muncul orang yang berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu dan menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantestis, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa perang terbuka.
Di antara tokoh pemikir pada era Pencerahan di Jerman yang dianggap cukup representatif untuk disebut adalah Immanuel Kant. Ia meneruskan usaha-usaha yang telah dirintis pemikir sebelumnya dengan cara mensintesiskan antara idealisme Christian Wolf di Jerman dengan empirisme Locke atau Hume di Inggris. Sintesisnya yang merupakan titik pangkal suatu periode baru ini disebut kritisme.
Immanuel Kant lahir di Kingsberg, Jerman pada 22 April 1724. Ia memperoleh pendidikan di Sekolah Tinggi di Collegium Fridericianum, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Koningsberg. Ia bekerja sebagai tutor selama beberapa tahun di Prussia Timur.
Pada tahun 1755 ia mengambil progam masternya di Koningsberg dan mulai mengajar di universitas sebagai dosen pribadi. Ia mengerjakan berbagai bidang setudi meliputi Fisika, Matematika, Geografi, dan Filsafat.
Hidup Kant sangat teratur, setiap hari mempunyai acara yang sama. Dia tidak pernah pergi dari kotanya, Koningsberg. Walaupun dia lemah dan kecil, produktivitasnya sangat besar. Ia meninggal pada 1804. Di antara karya-karyanya, antara lain adalah Kritik dan Reinen Vernunft (Kritik atas Rasio Murni) (1781), Kritik der Praktikchen Vernunft (Kritik atas Daya Pertimbangan) (1790).
Masa hidupnya dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap praktis dan tahap kritis. Tahun 1770 menjadi garis pembatasnya, yaitu ketika ia menerima jabatan sebagian guru besar.
Dalam filsafat pengetahuan, Kant memulainya dengan membedakan antara pengetahuan murni dan tidak murni. Menurutnya, penelitian dan pengetahuan itu memberikan kepada kita nilai dan jangkauan pengetahuan di suatu pihak dan syarat-syarat yang diperlukan di pihak lain.
Pengetahuan, menurutnya bersandar pada putusan, yang mengandung dua pengertian yaitu subjek dan predikat. Bila predikat menambahkan sesuatu yang baru pada subjeknya disebut putusan sintesis dan aposteriori sifatnya. Bila tidak, maka disebut putusan analitis dan aprior sifatnya. Bila merupakan kompromi dari keduanya maka putusan itu disebut apriori dan aposteriori sekaligus.
Benda-benda pada dirinya sendiri (das dinch ansich) memang betul-betul ada tetapi tidak dapat diselidiki adalah gejala-gejalanya saja. Umpamanya tentang meja yang tampak pada kita lewat indera, yang menggerakan daya tangkap indera kita, sehingga kita membentuknya dalam fantasi menjadi suatu gambar tertentu yang dikuasai oleh kedua bentuk apriori, ruang lingkup dan waktu. Berdasarkan penampakan itu kita membuat putusan terhadap apa yang kita membuat putusan terhadap apa yang kita amati.
Menurutnya, ruang adalah sebuah bentuk formal penginderaan. Dalam penangakapan inderawi kita mengatur kesan-kesan pengamatan dalam dua bentuk atau tiga dimensi dalam ruang, bentuk pengamatan di dalam diri kita yang disebut ruang itulah yang memungkinkan adanya penginderaan sesuatu. Demikian juga dengan waktu yang adalah bentuk kesan-kesan yang bertitah. Gejala-gejala yang bisa diamati disini baru bisa sampai pada pengetahuan tentangnya. Gambar di sini belum dikenal sebelum dipikirkan.
Filsafat Modern
Sejarah pemikiran modern, baik rasionalisme maupun empirisme saling bertemu dalam filsafat Kant. Pikirannya merupakan sintesis yang sekaligus merupakan titik akhir bagi kedua aliran tersebut. Dari hasil sintesisnya, lahirlah dua aliran baru, yaitu idealisme dan positivisme. Idealisme menampakan pengaruhnya pada Fichte, Schelling dan Hegel yang menekankan pada unsur kesadaran. Positivisme melanjutkan skeptisisme Kant. Lebih dari itu pengaruh Kant yang cukup fenomenal pada masa selanjutnya adalah pada Neo-Kantisme (Cohn, Natrop, Cassirer, Recket, dan Vaihieger) yang berkembang abad ke-19.
Secara umum gerakan Pencerahan di Jerman tidak mengalami gejolak perubahan sosial sebagaimana yang terjadi dengan Revolusi Prancis dan Revolusi Industri di Inggris. Hal ini agaknya bisa dimengerti, mengingat masyarakat Jerman sebagian besar masih agrikultural dan kaum pedagangnya dari kelas menengah yang tidak mempunyai kekuatan berarti serta tidak merasa berkepentingan untuk tampil sebagai kekuatan melawan kekuasaan yang berlaku.
Namun demikian bukan berarti tidak terjadi perubahan sama sekali hanya saja perubahannya bersifat evolutif.