Kebutuhan Pengajar Bahasa Mandarin

https://lister.co.id – Guna mempersiapkan generasi selanjutnya yang dapat bersaing dengan tenaga kerja asing dalam dunia karier, pemerintah Indonesia telah menggalakkan beberapa peraturan baru dalam pendidikan.

Mulai dari peningkatan mutu kurikulum, sistem baru dalam pengajaran, meningkatkan kualitas para pengajar, hingga menambah beberapa mata pelajaran pilihan.

Salah satu mata pelajaran pilihan atau mata pelajaran wajib yang baru-baru ini ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia adalah bahasa Mandarin. Bahasa yang berasal dari China ini telah ditambahkan ke dalam kurikulum, sebagai mata pelajaran pilihan hingga mata pelajaran wajib.

Meski telah ditambahkan ke dalam kurikulum, ternyata pemerintah Indonesia mengalami kendala lainnya. Yakni kurangnya tenaga pengajar bahasa Mandarin yang berkualitas baik untuk para siswa dan siswi di Indonesia.

Perkembangan Bahasa Mandarin dalam Pendidikan Indonesia

Bahasa Mandarin sendiri telah banyak dipelajari dan digunakan dalam berbagai sektor. Mulai dari sektor industri dan manufaktur, hingga pendidikan. Namun, Indonesia kekurangan tenaga kerja yang mampu memenuhi kebutuhan akan pengajar maupun penerjemah bahasa Mandarin.

Pada masa Orde Baru, bahasa Mandarin dibatasi dan dilarang dalam kehidupan bersosial. Berdasarkan kompas.com, bahasa Mandarin tidak boleh diajarkan melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah, atapun secara nonformal melalui lembaga kursus bahasa. Serta, bahasa Mandarin tidak diperbolehkan digunakan di tempat umum. Buku-buku berbahasa Mandarin pun tidak diperbolehkan beredar secara luas di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu dan perubahan kebijakan secara ekonomi dan politis, hubungan Indonesia dan China mengalami kemajuan dengan kembali eratnya hubungan kedua negara. Bahasa Mandarin kini diperbolehkan digunakan dan dipelajari secara bebas oleh non-penutur asli.

Di tahun 1990, Universitas Indonesia mengadakan program penelitian dan pengajaran bahasa Mandarin. Berlanjut pada 2003 dimana terdapat diskusi mengenai memasukkan bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah negeri di Indonesia.

Lalu, pada Juni 2004, Depdiknas atau Departemen Pendidikan Nasional Indonesia meresmikan rencana tersebut. Dari sini, bahasa Mandarin kian masif penggunaan dan persebarannya di Indonesia. Pada tahun 2000, lembaga kursus bahasa Mandarin hanya dapat ditemukan di empat kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Namun di tahun 2019, penyedia jasa belajar bahasa Mandarin ini sudah menyebar hingga 20 provinsi di Indonesia.

Masifnya perkembangan dan penyebaran bahasa Mandarin di Indoensia tidak lepas dari dukungan Menteri Pendidikan Nasional pada era tersebut, yakni alm Prof Malik Fadjar, melalui Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas dalam memfasilitasi peningkatan angka penyedia kursus bahasa Mandarin.

Guna menyebarkan lembaga kursus bahasa Mandarin hingga ke 20 provinsi di Indonesia, Depdiknas melakukan kerjasama dengan Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin atau BKPBM, yang turut diawasi dan dibantu oleh komunitas masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Organisasi masyarakat Tionghoa di Indonesia yang diketuai oleh Arifin Zain itu menjadi jembatan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan China. Disadur dari kompas.com, guna meningkatkan mutu pembelajaran, pemerintah China membantu beberapa hal. Antara lain meningkatkan kemampuan instruktur, membantu standardisasi kurikulum, serta penyediaan bahan ajar yang sesuai.

Upaya yang diprakarsai dan dilakukan oleh banyak pihak ini berhasil meningkatkan angka peserta tes HSK atau Hanyu Shuipoing Kaoshi. Yang awalnya hanya 1.200 peserta di tahun 2001, menjadi 17.784 peserta di tahun 2019.

Keterbatasan Pengajar Bahasa Mandarin di Indonesia

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, meski telah menetapkan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah negeri, pemerintah menemui kendala lainnya yakni kurangnya tenaga pengajar bahasa Mandarin.

Guna menanggulangi kekurangan tenaga pengajar ini, pemerintah Indonesia kemudian mengirim 51 tenaga pengajar ke China pada tahun 2003. 51 guru ini dikirim ke Fouzhou selamat satu bulan untuk belajar bahasa Mandarin langsung dari native speaker dengan biaya ditanggung bersama.

Kerjasama dan kolaborasi pendidikan antara Indonesia dan China kemudian berlanjut di tahun 2004, dengan mendatangkan 20 instruktur atau guru volunteer bahasa Mandarin. Para guru volunteer ini merupakan native speaker asal China yang mengajar selama satu tahun di beberapa sekolah mitra.

Di tahun 2005, Menteri Pendidikan Nasional Prof Bambang Sudibyo memberikan arahan kepada Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Fasli Jalal untuk meningkatkan jumlah instruktur dari China. Dimana, para guru volunteer ini didatangkan dua kali lebih banyak dan mencapai puncaknya pada tahun 2014 dengan total 100 instruktur bahasa Mandarin asal China.

Disadur dari kompas.com, biaya hidup dan gaji para guru volunteer ini sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah China. Para instruktur ditempatkan di beberapa sekolah menengah atas negeri dan swasta, serta di beberapa pesantren yang membutuhkan instruktur bahasa Mandarin.

Kebutuhan Pengajar Bahasa Mandarin di Indonesia

Di tengah berkembangnya bahasa Mandarin di Indonesia, hal ini tidak diimbangi dengan jumlah pengajar yang cukup baik dan layak untuk siswa dan siswi. Hingga tahun 2005, masih belum ada perguruan Tinggi di Indonesia yang membuka Program Studi atau Prodi Pendidikan Guru Bahasa Mandarin.

Untuk membuka prodi tersebut, sebuah universitas diharuskan memiliki setidaknya enam dosen dengan kualifikasi S2 Pendidikan Bahasa Mandarin. Karena masih belum ada Perguruan Tinggi yang memiliki kualitas pengajar yang baik, maka prodi ini pun tidak bisa dibuka dan belum bisa menghasilkan tenaga pengajar yang layak.

Menjadi guru bahasa Mandarin, seorang pengajar diharuskan memiliki ijazah S1 prodi Pendidikan Bahasa Mandarin yang dilanjutkan dengan pendidikan S2 dalam prodi yang sama. Namun, di Indonesia sendiri masih belum menyediakan prodi S1 dan S2 bahasa Mandarin.

Menyiasati hal ini, Dirjen Pendidikan Tinggi Fasli Jalal kemudian mencoba melakukan kerjasama dengan DIrjen Hanban guna membantu pembangunan Pusat Bahasa Mandarin (PBM) di Indonesia, yakni Confucius Institute. Pusat Bahasa Mandarin ini memiliki fungsi sebagai pelaksana pembelajaran bahasa Mandarin untuk guru dan calon guru, melaksanakan tes HSK, serta menjadi pusat informasi bahasa dan budaya China.

Pihak Hanban akan membantu membuka prodi S1 dengan universitas terpilih di Indonesia. Universitas yang terpilih akan mendapat satu mitra PT akan mendidik calon guru nantinya. Kerjasama ini akan terjalin secara langsung antara universitas di Indonesia dengan universitas di China.

Sedangkan universitas yang menjadi mitra memiliki tugas untuk memperbantukan dosen-dosen yang diperlukan, membangun kurikulum bersama PT di Indonesia, memberi beasiswa minimal untuk 6 orang dosen PT Indonesia untuk bisa belajar S2 di PT mitra China, dan mulai membantu pelaksanaan kuliah S1 di PT Indonesia.

baca juga

Beberapa universitas di Indonesia yang mendapat mitra dari pemerintah China antara lain:

  • Universitas Kristen Maranatha dengan Hebei Normal University
  • Universitas Hasanuddin dengan Nanchang University
  • Universitas Al-Azhar Indonesia dengan Fujian Normal University
  • Universitas Negeri Surabaya dengan Huazhong University
  • Universitas Negeri Malang dengan Guangxi Normal University
  • Universitas Tanjungpura dengan Guangxi Universities for Nationalities

Dengan adanya kerjasama dan kolaborasi yang baik di bidang pendidikan oleh Indonesia dan China, diharapkan bahasa Mandarin dapat dipelajari dengan baik oleh non-penutur asli di Indonesia. Tidak harus belajar di universitas, kini penyedia jasa kursus bahasa Mandarin sangat mudah ditemukan. Salah satunya adalah Lister.

Lister merupakan lembaga kursus bahasa asing yang sistem belajar mengajar sepenuhnya dilakukan secara online. Dengan slogan One Stop Learning, Lister siap membantu calon murid untuk menguasai bahasa Mandarin dengan pengajar berkualitas tinggi.

Share:

Fatimatuzuhroh
Fatimatuzuhroh
A passionate writer who loves reading self-help books!

Social Media

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Next On

Related Posts

"Langkah Terakhir untuk Klaim Kode Promo 30% dari Lister"

Isikan data diri kamu di sini.