Bahasa Mandarin Sebagai Jembatan Hubungan Indonesia-China

Listercoid – Bahasa Mandarin memiliki sejarah yang berliku di Indonesia. Pada masa Orde Baru, Bahasa Mandarin dilarang penggunaannya, serta masyarakat dilarang mempelajari bahasa Mandarin sebagai suatu ilmu. Larangan ini juga disertai pembekuan hubungan diplomatis antara Indonesia dengan RRC atau Republik Rakyat China.

Namun seiring perkembangan zaman, bahasa Mandarin kini dapat dipelajari secara bebas oleh masyarakat Indonesia. Bahkan saat ini bahasa Mandarin dinilai sebagai jembatan untuk hubungan Indonesia dengan China.

Di artikel kali ini akan dijelaskan bahasa Mandarin dan perkembangannya di Indonesia. Mau tahu? Yuk, simak penjelasan berikut ini!

Perkembangan Bahasa Mandarin Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Bahasa  Mandarin menjadi salah satu bahasa tertua yang masih digunakan dengan baik hingga saat ini. Jumlah penutur asli mencapai 950 juta jiwa, dan tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia, bahasa Mandarin awalnya dipelajari non-penutur asli untuk keperluan pembangunan Indonesia.

Bahasa Mandarin sudah masuk ke Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Awalnya, pihak Belanda memperbolehkan pengajaran bahasa Mandarin di Indonesia. Namun pada 1619, bahasa Mandarin dilarang pengajarannya oleh VOC atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie.

Pada tahun 1753, bahasa Mandarin mulai ramai digunakan dan dipelajari kembali sebagai akibat dari usaha para peranakan China kaya dalam mendatangkan guru privat bahasa Mandarin dari negara asalnya. Dalam usahanya ini, masyarakat China Batavia berhasil membangun sekolah China dari kegiatan amal.

Setelah pembentukan sekolah China di Batavia, bahasa Mandarin kian banyak digunakan dan dipelajari hingga wilayah Pekalongan dan Semarang. Dalam masa penjajahan Jepang, pihak Jepang tidak menutup atau membatasi akses bahasa Mandarin untuk dipelajari. Mereka justru menutup dan menghentikan kegiatan belajar-mengajar di sekolah Belanda yang ada di Indonesia.

Perkembangan Bahasa Mandarin Pasca Kemerdekaan Indonesia

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bahasa Mandarin semakin masif perkembangan dan penggunaannya. Setelah sekolah Belanda resmi dibubarkan pada tahun 1949, sekolah-sekolah berbahasa Mandarin semakin banyak dibangun di Indonesia.

Namun, sekolah berbasis bahasa Mandarin mulai mengalami penolakan dan penghentian akibat masalah politis pada 6 November 1957. Menteri Pertahanan pada masa itu, yakni Djuanda, terpaksa menghentikan pertumbuhan sekolah bahasa Mandarin.

Puncak dari penurunan bahasa Mandarin di Indonesia adalah pada momen G-30S/PKI. Dimana pada saat itu masyarakat Indonesia dilarang belajar di sekolah China atau sekolah dengan bahasa Mandarin yang semakin menurunkan angka pengajaran bahasa Mandarin di Indoesia. Di tahun 1968, bahasa Mandarin mulai dipelajari dan banyak digunakan kembali setelah situasi di Indonesia berangsur kondusif.

Perkembangan Bahasa Mandarin di Indonesia Saat Ini

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, memasuki Orde Baru, bahasa Mandarin dilarang penggunaan dan pembelajarannya selama 25 tahun, atau hingga masa Reformasi menyeruak di Indonesia. selama 32 tahun, masyarakat dilarang belajar bahasa Mandarin di semua jenis dan jenjang pendidikan.

Disadur dari kompas.com, bahasa Mandarin tidak boleh diajarkan, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Serta tidak boleh digunakan di tempat umum. Buku berbahasa Mandarin juga terkena imbas, dengan tidak ada izin beredar di Indonesia.

Di akhir masa Orde Baru, hubungan dagang dan ekonomi antara Indonesia dengan China kembali dibuka. Pembukaan hubungan setelah sekian puluh tahun dibatasi oleh berbagai kebijakan, hubungan ekonomi antara Indonesia dan China meningkat dengan pesat dalam berbagai komoditas dan hasil manufaktur.

Tercatat, pada akhir November 2020, volume dagang Indonesia dan China menyentuh angka 63,4 miliar dollar AS. Angka ini berbeda jauh dengan total di tahun 1990 yang hanya mencapai 1,28 miliar dollar AS.

Dengan angka yang besar tersebut, pembelajaran dan penyebaran bahasa Mandarin di tengah masyarakat kian meningkat. Di tahun 2019, tercatat 20 provinsi di Indonesia terdapat setidaknya satu penyedia jasa kursus bahasa Mandarin. Angka ini berbeda jauh dengan tahun 2000, dimana hanya ada empat kota besar yang menyediakan jasa kursus bahasa Mandarin. Yaitu Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung.

Peningkatan yang cukup signifikan tersebut juga disertai peran Menteri Pendidikan Nasional di era tersebut, yakni alm Prof Malik Fadjar yang mendukung dan memfasilitasi jumlah kursus bahasa Mandarin ke berbagai provinsi melalui Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas. Disini, Depdiknas juga bekerjasama dengan Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BKPM) yang diawasi oleh komunitas masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Bahasa Mandarin dalam Kurikulum Pelajaran Indonesia

Bahasa Mandarin telah menjadi pelajaran bahasa yang masuk ke dalam kurikulum pelajaran di Indonesia, setelah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sendiri. Dimulai dari Universitas Indonesia yang mengadakan penelitian dan pengajaran bahasa Mandarin di tahun 1990, lalu mulai ada diskusi mengenai memasukan bahasa Mandarin sebagai salah satu pelajaran pilihan di sekolah-sekolah negeri.

Lalu, di tahun 2004, Depdiknas mulai meresmikan rencana tersebut dengan menjadikan bahasa Mandarin sebagai salah satu mata pelajaran pilihan. Namun, hal ini terganjal oleh jumlah tenaga pengajar bahasa Mandarin yang mumpuni. Di tahun 2003. Indonesia kemudian mengirim 51 guru Indonesia ke Fouzhou untuk belajar bahasa Mandarin.

Hingga saat ini, pihak pemerintah China sudah mengirim setidaknya 1.020 instruktur pendidikan bahasa Mandarin ke Indonesia. Instruktur pendidikan tersebut memberi pelajaran ke 1,6 juta siswa di 20 provinsi di Indonesia, dengan dukungan dan bantuan buku teks kolaborasi dari Depdiknas, BKPM dan Hanban.

Selain di sekolah-sekolah negeri, bahasa Mandarin juga menjadi mata pelajaran di sekolah berbasis internasional atau di sekolah-sekolah swasta. Hal ini menandakan besarnya andil bahasa Mandarin dalam kehidupan bersosial serta untuk kepentingan persaingan tenaga kerja nantinya.

Perbaikan hubungan antara Indonesia dan China membawa beberapa keuntungan di Indonesia. Salah satunya adalah semakin banyaknya kesempatan kerja dan penciptaan banyak lapangan kerja baru untuk sumber daya manusia di Indonesia.

Untuk dapat bersaing dengan baik, ada baiknya tenaga kerja Indonesia juga mahir berbahasa Mandarin untuk meningkatkan daya saing dengan sesama tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja asing professional lainnya.

Banyak perusahaan asal China yang telah melebarkan sayap hingga ke Indonesia dalam berbagai sektor industri, manufaktur dan jasa. Adanya ekonomi global juga meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan China dalam hal ekonomi dan bisnis. Ekonomi global juga sangat memungkinkan perusahaan tersebut untuk merekrut tenaga kerja asal China atau dari negara lain dengan kemampuan dan pengalaman yang sesuai dengan posisi yang ada.

baca juga

Meski tergolong sulit, bahasa Mandarin masih dapat dipelajari dengan baik dan menyenangkan. Salah satunya belajar bahasa Mandarin bersama Lister. Sebagai One Stop Learning, Lister menyediakan kursus bahasa Mandarin dengan tenaga pengajar yang professional dan berkualitas tinggi.

Para calon murid tidak perlu bingung dengan jam belajar, karena Lister menyediakan jam belajar yang sangat fleksibel. Yakni dengan mengikuti jadwal dari para calon murid. Semua proses belajar-mengajar diadakan secara online, melalui zoom meeting.

Jadi, nggak ada alasan untuk bermalas-malasan dengan belajar bahasa asing sebagai salah satu cara mengembangkan potensi diri. Untuk info lebih lengkap, kunjungi website Lister, ya!

Share:

Fatimatuzuhroh
Fatimatuzuhroh
A passionate writer who loves reading self-help books!

Social Media

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Next On

Related Posts

"Langkah Terakhir untuk Klaim Kode Promo 40% dari Lister"

Isikan data diri kamu di sini.