Discursive Text adalah: Struktur, Ciri-Ciri, dan Contoh

discursive text

Kursus Academic English – Di antara berbagai jenis teks bahasa Inggris, salah satu bentuk yang sering ditemui adalah discursive text. Jenis teks ini dapat menjadi pemantik diskusi karena mengandung berbagai argumen.

Pengertian Discursive Text

Discursive text adalah jenis teks yang mendiskusikan suatu topik dengan menyajikan argumen yang berkaitan.

Terdapat dua jenis discursive text, yaitu persuasive essays dan argumentative essays. Persuasive essays dapat mendukung maupun menolak gagasan diskusi. Argumentative essays membahas topik diskusi secara seimbang dari dua sudut pandang.

Sumber argumen dapat berasal dari mana saja. Berikut contohnya.

  • buku
  • situs web
  • majalah
  • surat kabar
  • acara televisi
  • wawancara dengan orang lain

Pastikan setiap sumber kredibel dan dapat dipercaya. Kamu juga dapat menyertakan daftar pustaka di akhir esai.

Tujuan Discursive Text

Teks diskursif bertujuan membahas berbagai gagasan baru dalam bentuk struktur esai. Jenis teks ini dapat ditulis dengan gaya serius maupun santai, bahkan diberi sisipan humor.

Teks diskursif membantu pembaca yang terlalu condong ke satu sisi agar dapat mempertimbangkan sudut pandang lain. Hal ini dilakukan dengan menyajikan argumen kuat, disertai fakta pendukung dan pembahasan menyeluruh.

Struktur Discursive Text

Pada dasarnya, teks diskursif menggunakan struktur esai seperti berikut ini.

  • Pembukaan yang menarik
  • Pernyataan sudut pandang penulis terhadap topik
  • Argumen pertama, disertai bukti pendukung
  • Argumen kedua, disertai bukti pendukung (dapat ditambahkan argumen berikutnya dalam paragraf lain)
  • Kesimpulan, dengan menegaskan kembali sudut pandang penulis

Language Features

Teks diskursif umumnya memiliki ciri-ciri kebahasaan berikut ini.

  • Judul menunjukkan sudut pandang penulis.
  • Terdapat alasan penulis memilih sudut pandang tersebut.
  • Terdapat pertanyaan retoris.
  • Terdapat kata sifat.
  • Terdapat kesimpulan (conclusions) di akhir esai.

Selain itu, paragraf awal teks diskursif harus menarik perhatian pembaca. Hindari kata-kata yang terlalu umum karena akan membosankan.

Berikut contoh gaya penulisan paragraf pembuka yang dapat dipilih.

  • provokatif
  • seimbang
  • kutipan
  • ilustrasi
  • anekdot

Selanjutnya, setiap bagian teks diskursif menggunakan joining words and phrases. Tujuannya membuat teks lebih runtut dan membantu pembaca memahami alur berpikir yang digunakan.

Gaya bahasa yang digunakan cenderung formal. Hal-hal berikut ini harus dihindari.

  • singkatan (i.e., e.g., etc)
  • kontraksi (isn’t, won’t)
  • slang (bloke, geezer)
  • bahasa percakapan (mate, lots of)

Contoh Discursive Text

Benjamin Law: I’m slowly learning the secret of gift-giving

My dad has always been weird about presents. He isn’t great at giving them (like most Chinese dads, he prefers the efficiency of cash in red envelopes, shoved into hands) and he’s worse at receiving them. One of his quirks – so perfect, it’s now a joke with a punchline – is he hates getting anything made in China.

“But Dad,” the routine goes, “you were made in China.” Then we all laugh – and by “we”, I mean his adult children, because it’s obvious he’s still annoyed we bought him anything at all. Even now, after receiving a present, he’ll try to give us money to compensate.

“Dad, that’s not how this works,” we’ll scold, the subtext being: “Exactly how long have you been in this country now?”

On Father’s Day this year, I couldn’t fly up to see Dad because of work, so I sent him a pot plant, figuring no one could hate a pot plant. Nevertheless, I later discovered he kvetched about it to my siblings, telling them I was wasting my money and shouldn’t have even bothered. Good times.

Mum’s side of the family has the opposite problem: they pathologically demand and expect gifts. Visiting them in Hong Kong means hauling kilos of Australia-made trinkets over, only to have them replaced by so many of their gifts that it tests the limits of international luggage restrictions. One aunt plies us with gifts with an aggression that borders on violence. “Have a scarf!” she’ll bark in Cantonese. “Here: a fake fur handbag! You, take this novelty face mask now.”

It’s only now that I realise I’ve developed my own tics about presents, as a result. I get anxious even if I’m just visiting someone for dinner and all we’ve brought is wine. “Wine isn’t a present!” I’ll tell my boyfriend. “Once the wine will be consumed, How will they know we love them?” That’s the point where my boyfriend has to make gentle shooshing noises and calm me down.

Lately, I’ve discovered I’ve passed my anxieties onto others. One of my sisters recently pointed out I’m one of the toughest people for whom to buy presents, because they know I honestly don’t need anything more in life, and I’m against clutter. Which means I’ve basically become Dad.

I think I’m starting to get it. Who needs anything else in your life if the most important things in life are in the room with you? You get to a certain age and stage of your life where all you really want of the people you love is their time. Needless to say, next Father’s Day, I won’t be getting anything. Instead, it’ll be me, booking a flight, just to say hi.

– Benjamin Law, published in The Sydney Morning Herald

Kursus Academic English: Langkah Awal Sukses Kuliah di Luar Negeri

Menulis dalam bahasa Inggris bisa jadi susah-susah gampang jika kamu tidak terbiasa. Terlebih jika kamu harus membuat tulisan akademik. Bagi kamu yang ingin mendapat bimbingan menulis, dapat mengikuti Kursus Academic English di Lister.

Di sini kamu akan belajar bersama tutor-tutor ahli dan bersertifikat. Kamu dapat memilih jadwal kelas sendiri. Daftar sekarang!

Share:

Brigitta Winasis
Brigitta Winasis
A lifetime learner, a magical world wanderer through books and stories. Writing for professional purposes and personal interests.

Social Media

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Next On

Related Posts