Sosok Joan of Arc, Gadis Belia Pahlawan Perang Prancis

joan of arc

Kursus Bahasa Prancis – Mempelajari sejarah Prancis tak lepas dari sosok-sosok heroiknya. Salah satunya adalah Joan of Arc, perempuan belia yang menjadi pahlawan perang di negaranya.

Di bawah kepemimpinannya, Prancis memenangkan perang berlarut-larut dengan Inggris. Bagaimana sosok gadis remaja yang hidup di Abad Pertengahan tersebut?

Siapa Joan of Arc?

Joan of Arc adalah sebutan dari Jeanne d’Arc dalam bahasa Prancis. Ia sendiri menyebut dirinya dengan nama Jehanne la Pucelle alias Joan the Maid. Ia juga dikenal dengan nama Maid of Orléans.

Pucelle artinya gadis atau perawan. Semasa Jeanne hidup, keperawanan seorang gadis sebelum menikah adalah tanda kesuciannya yang dipentingkan masyarakat.

Jeanne memimpin sejumlah pertempuran penting dalam sejarah Prancis. Ia adalah sosok di balik dinobatkannya Pangeran Charles menjadi raja.

Setelah kematiannya yang tragis di usia 19 tahun, Maid of Orléans menjadi simbol persatuan dan nasionalisme Prancis.

Kisah Hidup Joan of Arc

Jeanne lahir pada 1412. Menurut History, ia adalah putri dari petani Jacques d’Arc di Desa Domrémy, Prancis bagian timur laut.

Jeanne tidak pernah belajar membaca atau menulis. Masa kecilnya dihabiskan dengan belajar agama bersama ibunya, Isabelle Romée.

Di masa itu, Prancis tengah terpecah-belah akibat konflik dengan Inggris. Perpecahan berlarut-larut ini kemudian disebut Hundred Years War atau Perang Seratus Tahun.

Inggris lebih unggul daripada Prancis saat itu. Sebuah perjanjian damai pada 1420 mencabut hak waris putra mahkota Perancis, Pangeran Charles dari Valois.

Charles dituduh tidak sah untuk naik takhta. Raja Henry V kemudian diangkat untuk memimpin Inggris sekaligus Prancis. Putranya, Henry VI, menggantikan pada 1422.

Inggris menguasai sebagian besar Perancis utara. Desa tempat Jeanne tinggal, Domrémy, termasuk di antaranya. Keluarga Jeanne terpaksa mengungsi.

Masa Kecil Joan of Arc

Dalam perjalanannya, Joan of Arc yang marih berusia 13 tahun mendengar kabar yang tersiar melalui suara-suara yang menurutnya didapatkan dari Tuhan. 

Suara itulah yang membuatnya gigih berjuang dalam melawan Inggris yang terus menduduki sebagian besar wilayah utara Perancis. 

Suara yang Joan of Arc dengar tersirat pesan untuk dirinya menempatkan Charles sebagai raja yang sah. 

Seiring dengan berjalannya waktu, menginjak usia 16 tahun, Joan menolak adanya perjodongan melalui pengadilan setempat. 

Joan bersikukuh jika tidak ingin menerima perjodohan tersebut. Di sisi lain, Joan of Arc masih ingin menyelamatkan Perancis dan mengusir musuh. 

Dalam sebuah misi ilahi terasebut, Joan of Arc pergi dari Vaucouleurs untuk bertemu dengan pendukung Charles dan komandan garnisun. 

Bahkan komandan tidak bisa membucuk Joan untuk kembali ke rumahnya hingga pada beberapa tahun berselang, Joan disebut oleh warga desa setempat dengan sang dara yang terbang jauh untuk menyelamatkan umat. 

Baca juga: Jane Austen: Biografi dan Quotes sang Novelis Inggris

Pengepungan Orléans

Pada Mei 1428, Jeanne tengah dalam perjalanan menuju Vaucouleurs, sebuah benteng yang setia mendukung Charles.

Ia meyakinkan hakim setempat, Robert de Baudricourt, bahwa ia adalah gadis yang ditakdirkan untuk menyelamatkan Prancis. Beberapa orang mempercayai dan mendukung Jeanne.

Baudricourt mengalah. Jeanne kemudian memangkas rambutnya dan berpakaian layaknya laki-laki. Ia mengikuti misi perjalanan selama 11 hari menembus wilayah musuh menuju Chinon, tempat istana putra mahkota berada.

Jeanne berjanji akan menjadikan Charles sebagai raja. Ia meminta sang putra mahkota memberinya pasukan untuk menduduki Orléans yang dikuasai Inggris.

Para penasihat dan jenderal menentang gagasan tersebut. Namun Charles mengabulkan permintaannya.

Pada Maret 1429, Jeanne yang mengenakan baju zirah putih dan menunggangi kuda putih memimpin pasukannya. Setelah mengirim surat tantangan kepada musuh, Jeanne mulai memimpin serangan.

Gadis muda itu berhasil mendesak mundur pasukan Burgundia ke arah Sungai Loire.

Charles Naik Takhta

Setelah kemenangan tersebut, reputasi Jeanne menyebar di seluruh pasukan Prancis. Jeanne dan para pendukungnya mengantarkan Charles menyeberangi wilayah kekuasaan musuh menuju Reims.

Setelah mengambil alih wilayah tersebut, sang pangeran dinobatkan menjadi Raja Charles VII pada July 1429.

Penangkapan Jeanne

Jeanne meyakinkan bahwa Prancis harus memanfaatkan posisi mereka saat ini dengan mengambil alih Paris.

Namun Charles ragu-ragu. Selain itu salah satu penasihatnya, Georges de La Trémoille, memperingatkan bahwa Jeanne menjadi terlalu kuat.

Pada 1430, sang raja memerintahkan Jeanne menghadapi serangan Burgundia di Compiégne. Di tengah pertempuran, ia terjatuh dari kuda. Jeanne ditinggal begitu saja oleh pasukannya di luar gerbang kota saat ditutup.

Burgundia lalu menawan Jeanne. Mereka membawanya ke Kastel Bouvreuil yang diduduki Inggris.

Baca juga: Hypatia, Filsuf Alexandria Paling Cerdas yang Mati Tragis

Pengadilan dan Eksekusi Mati

Jeanne kemudian diadili. Ia mendapat 70 tuduhan, termasuk di antaranya praktik sihir, klenik, dan berpakaian seperti pria.

Burgundia hendak menyingkirkan gadis muda tersebut untuk menghina kepemimpinan Charles, yang berutang takhta terhadap Jeanne.

Charles menolak menyelamatkan Jeanne agar tidak disangkutkan dengan tuduhan sihir.

Pada Mei 1431, satu tahun setelah ditahan, Jeanne menyerah. Ia menandatangani pengakuan yang menyebutkan dirinya tidak pernah mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Namun beberapa hari kemudian, ia menentang perintah dengan mengenakan pakaian pria kembali. Pihak berwenang lalu menetapkan hukuman mati dijatuhkan atas Jeanne yang saat itu berusia 19 tahun.

Pada 30 Mei 1431 di pagi hari, Jeanne dibawa ke pasar di Rouen. Ia dibakar sambil diikat di tiang pancang.

Pemulihan Nama Baik

Setelah kematiannya, reputasi Jeanne justru semakin santer. Setelah 20 tahun, Raja Charles VII memerintahkan pengadilan membersihkan namanya.

Pada 1909, Gereja Katolik Roma melalui Paus Pius X menetapkan beatifikasi Jeanne d’Arc di Katedral Notre Dame, Paris. Sebuah patung didirikan di dalam katedral untuk menghormati sosoknya.

Pada 1920, Paus Benediktus XV menetapkan Jeanne d’Arc sebagai orang suci.

Harga, Promo, dan Cicilan

Ikuti Instagram Lister untuk mengetahui promo terbaru setiap bulannya!

  • Promo Group Class 50% OFF!
  • Program Cicilan tersedia untuk Private Class (minimal 12 pertemuan). Cicilan wajib dilunasi sebelum pertemuan ke-12.

Kamu juga dapat memilih jumlah pertemuan, mulai dari 2 sampai 80 pertemuan untuk pembelajaran lebih intensif.

Ingin lebih untung lagi? Pilih paket Ultimate untuk mendapatkan GRATIS Bimbingan Beasiswa / Job Interview!

Biaya Les Bahasa Prancis Jakarta

  • Paket Private Trial: Rp399.500
  • Paket Private Short: Rp1.199.000 – Rp3.499.000
  • Paket Private Reguler: Rp4.999.000 – Rp10.999.000
  • Paket Semi Private Short: Rp1.798.500 – Rp5.248.500
  • Paket Private Reguler: Rp7.498.500 – Rp16.498.500
  • Paket Semi Private Short (3-5 orang): Rp2.398.000 – Rp6.998.000
  • Paket Semi Private Reguler (3-5 orang): Rp9.998.000 – Rp21.998.000

Kursus Bahasa Prancis, Bantu Kamu Makin Percaya Diri

Syarat penting untuk dapat kuliah, bekerja, atau tinggal di Prancis adalah menguasai bahasanya. Sebagai bekal, kamu dapat mengikuti Kursus Bahasa Prancis di Lister.

Cari tahu pengalaman seru sesama student di Lister Group Community di sini.

Kamu dapat memilih jumlah kelas sendiri, bahkan tutor dan kelas pengganti. Selain itu, dapatkan Garansi Skor untuk kelas tertentu.

Gunakan kode promo BLOGLISTER10 untuk mendapatkan diskon 10 persen, minimal pembelian kelas seharga satu jutaan (maksimal diskon Rp500 ribu). Daftar sekarang!

Share:

Brigitta Winasis
Brigitta Winasis
A lifetime learner, a magical world wanderer through books and stories. Writing for professional purposes and personal interests.

Social Media

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.
Next On

Related Posts

"Langkah Terakhir untuk Klaim Kode Promo 45% dari Lister"

Isikan data diri kamu di sini.