“Walaupun banyak negeri kujalani, yang mahsyur permai dikata orang. Tetapi kampung dan rumahku, di sanalah kurasa senang.”
Sebelum melaju ke beberapa negara Eropa, Asia, Timur Tengah, atau dimanapun yang kamu inginkan untuk menjadi tempat studi, ada baiknya simak cerita tantangan-tantangan apa saja yang berat saat berada di luar negeri yuk!
Ketika Kesepian Melanda
Menurut pandangan kak Putri, lulusan S2 Space Syntax, University College London, mengatakan bahwa mayoritas pelajar asing mengalami tekanan akibat perasaan kesepian.
Ketika belajar ke negara asing, ada beban mental tersendiri akibat harapan dan tuntutan yang beragam, baik dari diri sendiri maupun pihak-pihak lain. Apakah kamu berangkat dengan biaya sendiri atau beasiswa, keduanya sama-sama berat. Tapi, beban itu ternyata tidak ada apa-apanya dibanding perasaan kesepian yang melanda ketika berada di negara asing lho.
Semua mahasiswa asing mengalami ini. Awalnya, pengalaman hidup di luar negeri dan bertemu dengan banyak orang baru dari berbagai negara dan latar belakang yang berbeda terasa menyenangkan.
Tiga bulan pertama, kamu akan hanyut dalam euforia. Setelah itu, pertarungan batin dimulai!
Tiba-tiba rasa kesepian yang begitu berat melanda dan begitu terasa, seperti orang-orang terdekat mendadak terasa jauh. Sementara, teman-teman baru seolah menarik diri.
Tapi tenang! Sebagian besar pelajar asing merasakan ini.
Sibuk menelepon orang tua setiap malam tak jarang sambil menangis bahkan ada yang terkena depresi karena merasakan sulitnya mencari teman baru. Seperti di Jepang yang terkenal individualis dan tertutup, warga asing menjadi sulit untuk menjangkau mereka.
“Di luar negeri, semua harus dilakukan sendiri. Jangan harap ada kerja sama saat mengerjakan tugas kuliah seperti di sini. Yang ada, semua orang bersaing untuk menunjukkan kompetensi masing-masing.“
Putri Dwimirnani
Lalu, ketika mulai merasa kesepian dan frustrasi, kita tersadar bahwa tidak ada orang yang bisa dijadikan tempat curhat. Ketika bepergian ke negara lain dan kembali ke negara tempat berkuliah, kita tersadar bahwa kita tidak benar-benar ‘pulang’. Kita berdiri di barisan WNA pada antrian imigrasi, bersama ratusan warga asing dalam berbagai ras yang berbeda. Ketika melakukan suatu kesalahan ‘konyol’ seperti agak lamban ketika memasukkan belanjaan ke dalam tas di supermarket, lalu orang-orang mencibir karena kita adalah warga asing.
“Saat itulah diri benar-benar ditempa menjadi sangat mandiri, dengan cara berjuang seorang diri di negara yang asing. Mengapa mayoritas lulusan luar negeri terlihat lebih tangguh dan percaya diri? Inilah kira-kira jawabannya.“
Putri Dwimirnani
Ketika Jatuh Sakit
Tantangan terberat saat berkuliah di luar negeri selanjutnya adalah pada saat jatuh sakit. Seperti yang dialami oleh kak Beatrice yang bergelar MCom dari University of Sydney.
Ketika datang di tahun pertama kuliah di Sydney, kak Beatrice bertemu musim dingin yang mengakibatkan dirinya terkena sakit tenggorokan. Tapi sakit tenggorokan bukan sembarang sakit, rupanya sudah mengonsumsi obat pelega dan madu saja tidak cukup. Dengan pontang panting, dirinya ke rumah sakit sendiri untuk meminta resep dokter. Selama 5 hari kak terbaring di kamar seorang diri, bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Saat itulah, kerinduan pulang ke kampung halaman mulai terasa begitu sangat.
Kendala Bahasa
Memiliki kendala bahasa rupanya juga menjadi tantangan terberat alumni lho. Biasanya mahasiswa dari Indonesia akan kaget saat pertama kali mendengar percakapan dengan aksen yang asing dan cenderung cepat dan hal ini terasa berbeda sekali dengan kelas bahasa yang sudah dipelajari di Indonesia.
Kebanyakan mahasiswa Indonesia biasanya paham makna Bahasa Inggris tetapi selalu kesulitan dalam berbicara atau membalas dengan cepat jadi terkesan kalah saing di kelas dan terlihat planga-plongo akibatnya dicuekin.
Nah, itulah beberapa tantangan-tantangan kuliah di luar negeri dari mereka yang sudah lebih dulu merasakan pengalamannya. Bagaimana dengan kamu? Apakah sudah berdamai dengan segala rintangan yang nantinya akan dihadapi?
Yuk diskusi!
Referensi:
Beatrice Soe, Putri Dwimirnani – www.quora.com