Kursus Bahasa Arab – Siapa yang tidak kenal dengan Hj Abdurrahman Wahid, bapak presiden RI ke 4. Selain pemikirannya yang dikenal visioner, gus dur juga menguasai banyak bahasa asing.
Cek di biografi Abdurrahman Wahid berikut ini.
Biografi Abdurrahman Wahid: Masa Kecil
Siapa Gus Dur?
Abdurrahman Wahid atau biasa dikenal dengan Gus Dur adalah presiden ke 4 di Indonesia. Selain dikenal dengan kiprahnya di dunia politik, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh muslim di Indonesia.
Nama asli Gus Dur adalah Abdurrahman Ad-dakhil pada tahun 1940 di Jombang, Jawa Timur. Nama belakang ad-dakhil memiliki arti sang penakluk.
Namun kemudian nama ini diganti karena dirasa kurang begitu dikenal atau familier.
Sedangkan sebutan Gus Dur sendiri berasal dari panggilan Gus dari lingkungan pesantren. Dimana ini adalah panggilan khusus mas atau kakak untuk keturunan dari kyai pesantren.
Ayah Gus Dur, K.H Wahid Hasyim adalah putra yang lahir dari keluarga pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yaitu K.H Hasyim Asyari.
Sedangkan kakek dari sang ibu adalah K.H. Hasyim Bisri seorang pendiri pesantren di Jombang.
Dilihat dari sisi keluarga, Gus Dur adalah anak yang memiliki keluarga yang terpandang dan keturunan orang besar.
Kedua kakeknya sangat berpengaruh dalam pergerakan nasional membantu kemerdekaan Indonesia.
Gus Dur kecil sangat menyukai kegiatan membaca dari usia dini. Ia memanfaatkan perpustakaan ayahnya dengan membaca berbagai jenis buku. Kesukaan ini yang akhirnya berkembang sampai dewasa.
Bahkan Gus Dur dikenal seorang yang mengoleksi banyak buku dari berbagai bahasa Asing. Hal ini lah yang akhirnya juga mempengaruhi penguasaan bahasa Asing Gus Dur.
Ayahnya, KH Wahid Hasyim tidak hanya memberikan memberikan buku-buku umum dan keislaman namun juga buku non-muslim agar memperluas pengetahuan Gus Dur.
Bermula dari buku-buku yang ia lahap, nantinya mempengaruhi pemikiran-pemikiran kritis dan toleransi beragama dari Gus Dur.
Baca juga : Biografi Agus Salim, Bapak Polyglot Kuasai 9 Bahasa
Pendidikan Gus Dur
Di pembahasa biografi Abdurrahman Wahid selanjutnya kita bahas pendidikannya.
Masa kecil Gus Dur beberapa kali berpindah dari Jombang ke Jakarta. Selanjutnya di masa SMP, Gus Dur dikirim ke Yogyakarta untuk belajar di pondok pesantren KH Ali Maksum Krapyak juga bersekolah reguler di SMEP.
Sedangkan di usia SMA, Gus Dur berpindah ke Magelang untuk memulai pendidikan ke Pesantren Tegalrejo.
Dua tahun setelahnya ia kembali ke Jombang untuk melanjutkan pendidikan agama di Pesantren Tambak Beras.
Pada tahun 1963, Abdurrahman Wahid mendapatkan beasiswa pendidikan di Kairo Mesir oleh Kementrian Agama Indonesia.
Di Mesir, Gus Dur masuk di Universitas Al Azhar. Selain belajar akademik dan agama dari kampusnya, Gus Dur juga mempelajari pola politik di Mesir.
Di berfokus untuk menambah wawasan sebanyak-banyaknya, dengan mengunjungi berbagai tempat yang dirasa bisa menambah khazanah keilmuannya.
Namun ternyata Gus Dur gagal dalam menjalani pendidikan sarjananya di Universitas Al- Azhar. hal ini karena ia harus mengulang pelajaran lagi.
Selanjutnya pada tahun 1966, Gus Dur memutuskan untuk berpindah ke Iraq. Di sini ia masuk ke departement of religion di Baghdad University untuk menyelesaikan S1 nya.
Di Universitas Baghdad, Gus Dur berhasil menyelesaikan pendidikan S1 nya. Dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah pembimbing akademiknya meninggal.
Pada kondisi ini, Gus Dur sudah menyusun tesis untuk kelulusan S2 namun terkendala pembimbing akhirnya Gus Dur memutuskan tidak melanjutkan S2nya.
Akhir pendidikannya berakhir pada tahun 1970 dimana Gus Dur gagal masuk dalam Universitas Leiden di Belanda.
Hal ini terjadi karena universitas Baghdad kurang diakui juga syarat penguasaan bahasa yang dirasa memberatkan.
Baca juga : Biografi Ibnu Sina, Cendekiawan Muslim yang Mengubah Dunia
Perjalanan karir Gus Dur
Selesai dari Universitas Baghdad, Gus Dur masih berusaha untuk meneruskan pendidikan namun hal ini terhalang dengan gagalnya Gus Dur mencari sumber pembiayaan pendidikan.
Akhirnya Gus Dur memutuskan untuk mengembangkan pesantren di Indonesia daripada melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Dari sumber biografi Abdurrahman Wahid lainya, hal ini tidak lain karena Gus Dur prihatin melihat perkembangan pesantren yang kian terpuruk dan memiliki kondisi ekonomi yang buruk.
Di awal karirnya Gus Dur bekerja sebagai jurnalis di koran Tempo dan Kompas. Artikel-artikel yang ditulisnya berhasil menarik perhatian yang akhirnya Gus Dur dikenal sebagai tokoh intelektual.
Dari sini, Gus Dur banyak dikenal dan diundang sebagai pembicara dalam seminar maupun mengisi kelas perkuliahan.
Di tahun 1974, Gus Dur merangkap menjadi guru di Pesantren Tambakberas. Dimana ini dilakukan karena ia merasa belum memiliki cukup uang untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.
Di tahun 1977, Gus Dur bergabung dalam Universitas Hasyim Ashari menjadi dekan fakultas dan mengajar beberapa mata kuliah.
Di luar itu, Gus Dur diminta untuk aktif dalam mengembangkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) namun ia menolaknya.
Akhirnya ia menerima permintaan berkiprah di NU karena permintaan dari sang kakek, K.H Bisri Syansuri.
Baru pada tahun 1980, Gus Dur dipercaya untuk menjadi khatib Syuriah NU. Selanjutnya di tahun 1984 ia ditunjuk menjadi ketua umum PBNU sampai dengan tahun 1994.
Akhirnya jabatan tersebut dilepas ketika Gus Dur memenangkan voting suara menjadi presiden RI pada tahun 1999.
Ada banyak sekali keputusan dan pemikiran yang kontroversial di masa kepemimpinan Abdurrahman Wahid di Indonesia.
Masa jabatan presiden Abdurrahman Wahid hanya sebentar karen di tahun 2001 ia diberhentikan dari jabatannya melalui sidang MPR.
Penguasaan banyak bahasa Gus Dur
Dari sepenggal cerita biografi Abdurrahman Wahid di atas dapat diambil sedikit informasi. Bahwa Gus Dur sangat menyukai kegiatan membaca banyak buku.
Beliau membaca berbagai bahasa, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda juga bahasa Prancis.
Gus Dur sudah mempelajari bahasa Arab sejak ia kecil. Hal ini tidak mengherankan karena beliau banyak belajar agama di lingkup pesantren.
Yang kemudian bahasa Arab ini dimaksimalkan ketika Gus Dur mendalami pendidikan agamanya di pesantren Tambakberas, Jombang.
Beliau belajar tentang bahasa Arab klasik. Dimana bahasa Arab ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan bahasa Arab yang baik. Al
Bahasa Arab Gus Dur juga semakin diasah ketika Gus Dur bersekolah di Al Azhar, Mesir. Ia banyak menyerap bahasa Arab di lingkup sosial, pergaulan maupun teks yang dipelajari secara otodidak.
Namun Gus Dur dapat menguasai bahasa Arab klasik dengan sangat baik.
Namun kemampuan berbahasa Gus Dur untuk bahasa Inggris, Belanda dan Prancis berkembang ketika ia di Krapyak, Yogyakarta.
Beliau banyak membaca buku asing dan juga berdiskusi tentang banyak topik. Mulai dari politik sampai dengan budaya.
Selanjutnya kemampuan berbahasa asing atau bahasa Barat semakin didalami ketika Gus Dur di Irak dan di Mesir.
Di Kairo Mesir, Gus Dur mempelajari kebudayaan barat. Ada keinginan belajar bahasa Prancis saat Gus Dur di Kairo.
Akhirnya beliau benar-benar mempelajari bahasa Prancis ketika di Iraq. Berawal dari keleluasaan mendapatkan film berbahasa Perancis.
Selanjutnya Gus Dur berkesempatan mendapatkan belajar bahasa Prancis di pusat kebudayaan Prancis yang akhirnya membawa Gus Dur belajar bahasa Prancis secara formal.
Jadi Gus Dur menguasai beberapa bahasa seperti Indonesia, Inggris, Arab, Belanda dan Prancis. Namun beberapa orang terdekat Gus Dur juga mengatakan bahwa Gus Dur juga bisa bahasa Jerman juga Spanyol.
Menarik, sekali ya penguasaan bahasa asing Gus Dur dalam biografi Abdurrahman Wahid!
Akhir biografi Abdurrahman Wahid: Wafat
Tahun 2009 Abdurrahman Wahid meninggal dunia di RSCM. Gus Dur meninggal karena penyakit komplikasi stroke, diabetes dan gangguan ginjal. Selanjutnya Gus Dur dimakamkan di Pemakaman Maqbarah Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.
Banyak orang yang mengenang Gus Dur dengan mengunjungi makam maupun membuat biografi Gus Dur agar bisa dibaca banyak orang.
Belajar berbagai bahasa seperti Gus Dur di Lister
Kamu bisa belajar berbagai bahasa asing di Lister. Ada kursus bahasa Arab, Inggris, Jerman, Korea dan lainnya. Banyak kelas yang tersedia di Lister.
Ada banyak keleluasaan yang kamu dapatkan ketika belajar di Lister.
Kamu dapat memilih jumlah kelas sendiri, bahkan tutor dan kelas pengganti. Selain itu, dapatkan Garansi Skor untuk kelas tertentu.
Lister juga menyediakan program bahasa asing khusus korporasi dan instansi dengan berbagai penawaran kelas dan biaya sesuai pengajaran dan fasilitas yang diberikan. Kelas English for Company bisa menjadi salah satu pilihannya.
Gunakan kode promo BLOGLISTER10 untuk mendapatkan diskon 10 persen, minimal pembelian kelas seharga satu jutaan (maksimal diskon Rp500 ribu). Daftar sekarang melalui WhatsApp!