Drama tradisional menggabungkan akting, nyanyian, tarian, dialog, narasi, atau deklamasi. Terkadang ada pula yang menggunakan wayang atau pantomim.
Meskipun kini kita berada era modern, sejumlah drama tradisional tetap mampu bertahan sebagai warisan leluhur. Apa saja drama tradisional yang tetap lestari tak lekang zaman hingga saat ini?
Noh – Jepang
Noh diperkirakan sebagai salah satu drama tradisional tertua di dunia. Drama ini menggabungkan nyanyian dan tarian.
Diperkirakan Noh tercipta sekitar abad ke-14. Pementasan Noh di era sekarang tetap mempertahankan tradisinya.
Noh diperankan seluruhnya oleh laki-laki yang mengenakan pakaian tebal dan berlapis. Mereka bergerak dengan lambat dan melantunkan dialog monoton yang puitis.
Cerita yang diangkat bertemakan kekuatan supernatural, dunia spiritual, legenda, dan sejarah. Karakter utamanya (Shite) menggunakan topeng kayu cemara.
Noh dipentaskan di panggung persegi dengan empat pilar di setiap sudutnya. Latar belakang panggung menggunakan lukisan pohon pinus.
Wayang – Indonesia
Wayang disebut puppet dalam bahasa Inggris. Diperkirakan kesenian ini tercipta pada abad ke-1 dan dipengaruhi kebudayaan India atau China.
Wayang yang paling populer adalah Wayang Kulit. Wayang yang digunakan terbuat dari kulit kerbau dan diberi tusuk bambu.
Wayang tersebut digerakkan di layar putih lebar dan disorot cahaya. Wayang Kulit biasanya dipentaskan sepanjang malam oleh dalang.
Kathakali – India
Masyarakat India dikenal akan kecintaannya terhadap seni tari dan menyanyi. Demikian pula dalam drama tradisionalnya.
Terdapat berbagai jenis drama tradisional dari India yang mementaskan cerita dari epos Mahābhārata. Salah satunya adalah Kathakali.
Kathakali berasal dari bagian selatan Kerala sekitar abad ke-17. Ciri utama Kathakali adalah kostum dan riasan yang khas. Para pemeran melakukan gestur tertentu yang disesuaikan dengan irama musik.
Terdapat 101 cerita Kathakali, tetapi kurang dari sepertiganya dipentaskan di era sekarang.
Opera China – China
Opera China berawal saat masa Dinasti Song (960-1279). Selama Dinasti Yuan, orang mulai menambahkan unsur akrobatik dan pertunjukan musik dalam opera tersebut.
Opera terdiri dari 4 sampai 5 babak. Opera versi Dinasti Yuan ini terus berkembang dengan gayanya sendiri di masing-masing wilayah dan menyebar ke seluruh China.
Diperkirakan terdapat 368 gaya Opera China. Salah satu yang paling terkenal adalah Opera Beijing.
Teater Yoruba – Nigeria
Meskipun ada berbagai jenis teater di Afrika, umumnya mereka memiliki bentuk yang mirip. Ceritanya diangkat dari kisah-kisah dan tarian suku yang sudah diwariskan berabad-abad.
Teater Yoruba tergolong cukup baru, yakni berkembang sekitar tahun 1940-an. Unsur-unsur dalam Teater Yoruba menggabungkan kostum berwarna cerah, drum tradisional, dan cerita rakyat.
Teater ini biasanya dipentaskan rombongan teater keliling. Cerita yang ditampilkan adalah salah satu dari tiga tema utama, yakni cerita rakyat, cerita sejarah, atau satir.
Lakhon Bassac – Kamboja
Lakhon Bassac adalah salah satu drama tradisional paling populer di Kamboja. Dalam penampilannya, terdapat unsur budaya Vietnam dan India.
Lakhon Bassac diperankan laki-laki dan perempuan. Mereka menampilkan tokoh-tokoh komikal dan melodramatis yang menggambarkan adegan dari sastra Khmer kuno, yakni tentang pertarungan roh baik dan roh jahat.
Pantomim – Inggris
Pantomim disebut panto oleh masyarakat Inggris. Drama komikal ini biasanya mengisahkan dongeng dengan sentuhan musik dan humor.
Pantomim biasanya dipentaskan saat liburan. Walaupun terkesan mengangkat cerita anak-anak, pantomim sebenarnya bisa ditonton siapa saja karena kisahnya yang lucu.
Kini berbagai aktor, selebrita, dan komedian turut memerankan pantomim.
Opera – Italia
Opera berkembang di Florence, Italia sekitar tahun 1500-an. Opera mengambil unsur drama Yunani dan nyanyian acapella.
Opera Italia tradisional dikenal akan gaya dramatisnya. Terdapat dua gaya nyanyian opera, yakni recitate dan aria.
Beberapa opera terkenal yang masih dipentaskan sampai saat ini adalah La Boheme dan Madama Butterfly karya Puccini serta Aida dan La Traviata karya Verdi.
Sarsuwela – Filipina
Drama ini merupakan salah satu warisan dari masa kolonisasi Spanyol di Filipina. Drama ini menampilkan aksi disertai pertunjukan musikal layaknya opera.
Sarsuwela turut menampilkan paduan suara dalam bentuk trio atau duet, musik folk, dan tarian. Nama Sarsuwela diambil dari nama pondok berburu milik Raja Philip IV dari Spanyol, yakni La Zarzuela, di mana drama tersebut pertama kali ditampilkan.