Tertarik dengan kultur pop Jepang? Kenapa tidak sekalian mempelajari bahasanya? Kamu bisa mulai dari mengikuti Kursus Bahasa Jepang.
Sebagai penggemar kultur pop Jepang, tentu kamu pernah mendengar istilah Harajuku. Walaupun identik dengan gaya berpakaian, sebenarnya Harajuku merupakan nama daerah di Jepang.
Bagaimana awal mulanya sampai Harajuku menjadi terkenal seperti sekarang ini? Yuk simak!
Harajuku adalah
Harajuku (原宿) adalah nama sebuah distrik di Shibuya, Tokyo, Jepang. Nama tersebut disematkan pada area sepanjang Stasiun Harajuku sampai Omotesando.
Harajuku juga digunakan untuk menyebut beberapa gang kecil di sepanjang Jalan Takeshita dan Jalan Cat di Sendagaya sampai Shibuya.
Harajuku dikenal sebagai pusatnya anak muda. Di sepanjang Harajuku terdapat pertokoan, restoran, butik, hingga kafe yang dipenuhi anak muda.
Selain pertokoan milik independen, ada sejumlah retail dan merk internasional yang berjajar sepanjang Omotesando.
Sejarah Harajuku
Krisis ekonomi besar-besaran pada tahun 1990-an adalah titik balik bagi anak muda Jepang. Mereka mulai mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial ekonomi saat itu dengan gaya berpakaian.
Mereka ingin menunjukkan bahwa diri mereka berbeda dari masyarakat. Harajuku menjadi pusat berkumpulnya anak muda tersebut.
Mereka berpakaian dengan gaya unik. Beberapa gaya yang paling terkenal saat itu adalah gotik, punk, anime, bahkan Lolita.
Harajuku pun dikenal sebagai pusat mode dan retail anak muda. Jalan Takeshita juga menjadi tempat tampilnya kelompok remaja yang disebut takenoko-zoku.
Harajuku kini menjadi pusat mode kawaii di Shibuya, bahkan di seluruh Jepang.
Kepopuleran street fashion di Harajuku turut disumbangkan majalah mode Fruits yang terbit pada 1990-an akhir.
Gaya Harajuku
Terdapat berbagai gaya Harajuku yang terkenal. Gaya berpakaian Harajuku dapat saling dikombinasikan tanpa terbatas gaya tertentu.
Contohnya gaya Lolita yang mengkombinasikan punk dan pakaian anak kecil sekaligus. Mereka yang bergaya Lolita juga mengadopsi aksesori dari tokoh populer seperti Hello Kitty atau baju ala Victoria.
Gaya punk atau gotik dipengaruhi era Victoria. Warna-warna gelap dan gaun lebar mendominasi gaya tersebut.
Gaya Kodona terinspirasi dari pakaian pria pada era Victoria. Banyak yang menggunakan gaya ini di Shibuya, Ginza, Shinjuku, dan Harajuku.
Gaya Gyaru atau Ganguro mengandalkan “kecantikan buatan”. Mereka yang mengadopsi gaya ini menggunakan rambut palsu, kuku palsu, sepatu hak tinggi, bulu mata palsu, anting-anting besar, hingga pakaian yang provokatif.
Gaya Bōsōzoku populer di kalangan muda laki-laki dan perempuan Jepang. Mereka mengenakan pakaian layaknya tokoh anime, seperti pakaian ninja atau geng motor.
Wisata ke Harajuku
Kamu dapat mencapai Stasiun Harajuku menggunakan kereta JR Yamanote. Selain itu, kamu dapat mengakses tempat ini dari Stasiun Meiji-jingumae menggunakan Metro Chiyoda dan Fukutoshin.
Kamu bisa berjalan kaki sekitar 10 menit dari Stasiun Harajuku ke Aoyama atau Omotesando dan 20 menit ke Shibuya.